Kita paham bahwa kehidupan modern membebani iman orang kristen.
Siapakah yang tidak bertanya kepada Allah di masa kemalangan dan kesulitan, apakah Allah peduli terhadap saya?
Pemazmur menyuarakan perasaan sebagian besar dari kita "tempat pelarianku bagiku telah hilang, tidak ada seorangpun yang mencari aku" (Mazmur 142:4)
Sama seperti perasaan Marta, banyak ibu, ketika dipenuhi beban-beban sebagai ibu lalu menangis, "Tuhan tidakkah Engkau peduli?"
Para murid, yang diombang-ambingkan angin badai di laut, berseru "Tidakkah Engkau peduli, jika kami binasa?"
Pertanyaan tersebut selamanya terjawab di dalam kata-kata Petrus "Ia peduli terhadapmu"
Alkitab berkata "Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya" (Yesaya 26:3).
Percayalah Anugerah Allah lebih dari cukup untuk masa-masa yang sulit ini.
Saya belajar, hari lepas hari, untuk tetap menjaga pikiran saya berpusat pada Kristus, maka kekhawatiran dan kecemasan dan persoalan dunia akan menghilang dan yang tertinggal adalah "damai sejahtera" di dalam hati manusia.
Kristus telah mati sebagai wujud tanggung jawab terhadap persoalan dan kekuatiran saya.
"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." Yesaya 40:29
Selasa, 05 Mei 2015
Senin, 04 Mei 2015
Berpalinglah Kepada Allah
Raja Daud tahu bahwa jika gelombang kesombongan yang penuh dosa ini terus meningkat, maka bangsanya akan runtuh secara rohani.
Ia tahu bahwa depresi ekonomi, kekacauan moral, atau kekalahan militer pasti akan mengikuti kemerosotan rohani. "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan" (Amsal 16:18)
Jadi ia melakukan apa yang semua orang cerdas lakukan bila mereka sampai di ujung tanduk - ia berpaling kepada Allah. Ia berhenti memohon kepada Allah untuk menghancurkan musuh-musuhnya.
Roh Allah menyingkapkan kepadanya, bahwa gerakan rohani bangsanya tidak dapat meningkat lebih tinggi daripada tingkat rohani hatinya sendiri. Ia pun sujud dengan kerendahan hati dan berdoa "selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal" (mazmur 139:23-24)
Andai saja hari ini kita menyadari bahwa suatu bangsa tidak dapat bangkit lebih tinggi, lebih kuat, lebih baik daripada individu-individu yang membentuk bangsa itu!.
Daud menyadari kebenaran ini; dan dengan penuh hikmat ia menyimpulkan bahwa ia harus membereskan banyak hal di dalam dirinya sendiri! Kita masing-masing perlu sampai ada kesimpulan itu.
Ia tahu bahwa depresi ekonomi, kekacauan moral, atau kekalahan militer pasti akan mengikuti kemerosotan rohani. "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan" (Amsal 16:18)
Jadi ia melakukan apa yang semua orang cerdas lakukan bila mereka sampai di ujung tanduk - ia berpaling kepada Allah. Ia berhenti memohon kepada Allah untuk menghancurkan musuh-musuhnya.
Roh Allah menyingkapkan kepadanya, bahwa gerakan rohani bangsanya tidak dapat meningkat lebih tinggi daripada tingkat rohani hatinya sendiri. Ia pun sujud dengan kerendahan hati dan berdoa "selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal" (mazmur 139:23-24)
Andai saja hari ini kita menyadari bahwa suatu bangsa tidak dapat bangkit lebih tinggi, lebih kuat, lebih baik daripada individu-individu yang membentuk bangsa itu!.
Daud menyadari kebenaran ini; dan dengan penuh hikmat ia menyimpulkan bahwa ia harus membereskan banyak hal di dalam dirinya sendiri! Kita masing-masing perlu sampai ada kesimpulan itu.
Jumat, 01 Mei 2015
Eksekusi Mati Gelombang 2
Delapan terpidana mati kasus narkoba menyanyikan lagu dan menolak untuk menutup mata saat dieksekusi di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2015). Sejumlah orang yang menjadi pendamping rohani beberapa di antara narapidana tersebut mengungkapkan hal itu.
Dalam embusan angin malam, mereka bersama-sama menyanyikan lagu "Amazing Grace" sesaat setelah tengah malam. Mereka juga menyanyikan lagu "Bless the Lord O My Soul" sebelum suara nyanyiannya berakhir oleh suara tembakan senjata.
Media Australia, The Sydney Morning Herald, mengutip keterangan para pendamping rohani yang hadir, melaporkan bahwa kesemua narapidana yang berjumlah delapan orang itu menolak tawaran penutup mata. Mereka semua memilih untuk menatap para algojonya sambil terus bernyanyi.
Karina de Vega, pendeta yang hadir di lokasi, mengatakan, suara nyanyian delapan narapidana membahana di udara. "Mereka memuji Tuhan mereka," kata De Vega. "Menakjubkan. Ini kali pertama saya menyaksikan orang yang begitu bersemangat untuk bertemu Tuhan mereka." (Kompas.com)
Eksekusi mati gelombang 2 ini menjadi sangat berbeda karena di dalamnya ada orang-orang yang sudah bertobat, mengalami kasih dan pengampunan Kristus dan mengajarkan kebaikan kepada sesama napi dalam kurun waktu 10 tahun penantiannya di penjara.
Allah berfirman "Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18)
Andrew Chan menguatkan istri yang baru dinikahi "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." (Matius 10:28)
Semua ada dalam rencanaNya, untuk membuktikan bahwa penjara, hukuman mati hanya dapat membelenggu dan membunuh tubuh tetapi tidak dapat membelenggu dan membunuh jiwa dan roh.
Dalam embusan angin malam, mereka bersama-sama menyanyikan lagu "Amazing Grace" sesaat setelah tengah malam. Mereka juga menyanyikan lagu "Bless the Lord O My Soul" sebelum suara nyanyiannya berakhir oleh suara tembakan senjata.
Media Australia, The Sydney Morning Herald, mengutip keterangan para pendamping rohani yang hadir, melaporkan bahwa kesemua narapidana yang berjumlah delapan orang itu menolak tawaran penutup mata. Mereka semua memilih untuk menatap para algojonya sambil terus bernyanyi.
Karina de Vega, pendeta yang hadir di lokasi, mengatakan, suara nyanyian delapan narapidana membahana di udara. "Mereka memuji Tuhan mereka," kata De Vega. "Menakjubkan. Ini kali pertama saya menyaksikan orang yang begitu bersemangat untuk bertemu Tuhan mereka." (Kompas.com)
Eksekusi mati gelombang 2 ini menjadi sangat berbeda karena di dalamnya ada orang-orang yang sudah bertobat, mengalami kasih dan pengampunan Kristus dan mengajarkan kebaikan kepada sesama napi dalam kurun waktu 10 tahun penantiannya di penjara.
Allah berfirman "Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18)
Andrew Chan menguatkan istri yang baru dinikahi "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." (Matius 10:28)
Semua ada dalam rencanaNya, untuk membuktikan bahwa penjara, hukuman mati hanya dapat membelenggu dan membunuh tubuh tetapi tidak dapat membelenggu dan membunuh jiwa dan roh.
Langganan:
Postingan (Atom)