Minggu, 30 November 2014

Damai di dalam badai

Sebuah siaran televisi menayangkan para penumpang pesawat terbang turun dari pesawat yang dibajak. Terlihat raut wajah ketakutan, kengerian, dan syok menghiasi wajah mereka. Namun, ada seorang wanita yang menggendong seorang anak kecil yang sedang tidur tenang di tengah situasi itu. Damai sejahtera di tengah kekacauan.

Markus 4:35-41 berkata: Yesus tidur pulas di buritan di sebuah tilam, ketika taufan mengamuk sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Murid-muridNya adalah nelayan profesional yang sehari-hari berada di lautan tapi saat itu mereka mengalami ketakutan yang luarbiasa, setelah berjuang dengan kekuatan sendiri mereka mulai menyadari ada Yesus di dalam perahu itu, dan membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"

Andalkan Yesus, saat perahu kehidupan kita mengalami badai dan taufan, Yesus sanggup memberi kelegaan dan damai sejahtera.

Sabtu, 29 November 2014

Campur TanganNya

Terlalu banyak jika kita menceritakan tentang campur tangan Tuhan yang ajaib. Salah satu contohnya adalah yang dialami Charles Goodyear. Ia alami 'kebetulan' ajaib saat proses pengolahan karet mentah. Setelah berpuluh tahun gagal menemukan formula untuk mengubah getah karet mentah menjadi bahan yang kuat untuk digunakan sebagai Ban kendaraan, secara tak sengaja ia menjatuhkan bahan belerang kedalam formula pengujian. Ternyata ini justru mengubah karakter formula itu menjadi karakter yang sesuai dengan yang dibutuhkannya. Inilah campur tanganNYA yang ajaib, hingga kita dapat merasakan manfaat Ban hari ini.
Firman Tuhan katakan :" Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.."
(Rom.8:28)
Saya yakin, bahwa dalam setiap kehidupan pribadi kitapun penuh dengan campur tanganNYA yang ajaib. Bukan karena kita mampu, tapi karena Tuhan yang menolong. Syukur pada Tuhan. (GE)

Jumat, 28 November 2014

Mendambakan Peneguhan

"Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya" (Ulangan 3:28)

Dalam Ulangan 3 kita membaca bahwa Musa memberikan dukungan kepada Yosua ketika ia hendak menjalankan tugas sebagai pemimpin bangsa Israel. Tak diragukan lagi, Yosua dihinggapi perasaan takut dan tidak layak untuk menggantikan kepemimpinan Musa. Oleh sebab itu, Tuhan meminta Musa untuk meneguhkan Yosua.
Dari waktu ke waktu, kita semua membutuhkan perkataan yang meneguhkan agar dapat maju terus saat menghadapi tantangan baru yang besar. Selain itu, kita juga membutuhkan kata-kata penghargaan dan pujian saat melaksanakan tanggung jawab kita sehari-hari, baik di rumah maupun di kantor.
Ketika seorang akuntan perusahaan bunuh diri, dilakukanlah upaya untuk mengetahui alasan perbuatannya ini. Catatan keuangan perusahaan diperiksa, namun tidak ditemukan adanya kecurangan. Tak satu penemuan pun dapat mengungkapkan alasan tindakan bunuh diri tersebut, sampai akhirnya ditemukan sebuah catatan kecil. Isi catatan itu begitu singkat: "Selama 30 tahun aku hidup, aku tak pernah mendapatkan satu kata peneguhan pun. Aku menyerah!"
Banyak orang sangat membutuhkan pujian, sekecil apa pun. Mereka membutuhkan kata-kata pengakuan, senyuman penuh perhatian, jabat tangan yang hangat, dan ungkapan penghargaan yang jujur atas semua hal baik pada diri maupun pekerjaan mereka.
Sebab itu, marilah kita bertekad untuk setiap hari memberikan peneguhan (bukan menjilat), setidaknya kepada satu orang. Marilah kita melakukan bagian kita untuk menolong orang-orang di sekeliling kita yang mendambakan kata-kata peneguhan --Richard De Haan

SEPATAH KATA PENEGUHAN DAPAT MEMBUAT PERBEDAAN BESAR
ANTARA MENYERAH ATAU TERUS BERJUANG

Kamis, 27 November 2014

Keindahan Batiniah

Masa kini, kepecayaan diri seseorang seringkali terdongkrak melalui penampilan yang ditingkatkan. Mulai dari kursus tata rias, busana, kawat gigi, bedah plastik, suntik botox, sampai implantasi alis dan bulu mata palsu.

Wuih..ga heran anak-anak perempuan bahkan ibu-ibu pun berpenampilan lebih cantik-cantik sekarang. Setuju ?
Tapi seiring pula dengan kemajuan jaman ini, banyak orang mengabaikan daya tarik batiniah.
Firman Tuhan berkata : "Perhiasanmu janganlah secara lahiriah,... Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.." (1Pet.3:3,4).
Saudara, sepertinya jika kita melengkapi daya tarik lahirah kita dengan keindahan batiniah, adalah yang sempurna.
Keindahan batin berupa integritas, kasih, kesabran, kebaikan, komitmen, dan kerendahan hati, menjadikan ia menarik dan menyukakan Tuhan dan semua orang. (GE)

Rabu, 26 November 2014

Allah tidak membedakan orang

Kerusuhan Rasisme yang terjadi saat ini di AS, negara yang dianggap paling modern, demokratis dan menjunjung Hak Azasi Manusia. Ini menunjukan soal Rasisme masih menjadi isue rawan hingga kini.

Pada zaman Rasul-rasul, adat Yahudi mengembangkan Rasisme dari pemahaman Alkitab yang keliru. Kutipan perkataan Rasul Petrus : " ..Kamu tahu betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka" (Kis.10:28).
Allah tidak pernah bermaksud demikian. Pembedaan Bangsa dlm Perjanjian Lama adalah dalam konteks penyembah Allah atau penyembahan berhala.
Petrus diutus Tuhan untuk datang ke rumah Kornelius, seorg Romawi, untuk mengajarnya juga orang-orang yang lain disana, dan membaptiskan mereka. Ini bukti tidak ada Rasisme dalam Tuhan. Petrus akhirnya berangkat :" Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang." (Kis.10:34).
Mari waspadai dengan jujur, jangan sampai ternyata kitapun masih menganut Rasisme, tanpa kita sadari. Hati-hati! (GE)

Selasa, 25 November 2014

Pantang menyerah

Ingat sereal gandum Havermuth, maka ingat juga Quacker Oat Company, perusahaan raksasa yang memproduksinya.

Ini dimulai dari anak muda sakit-sakitan, Henry Crowell yang menderita TBC akut turunan, yang berkomitmen untuk jadi 'Orangnya Tuhan'.
IA setia mendukung pekerjaanTuhan.
Semakin tekun ia memberi waktu dan dukungan bagi pekerjaan Tuhan, semakin juga ia diberkati.
Beberapa Tahun kemudiaan ia sudah mempunyai usaha pengolahan gandum sendiri, yang terus berkembang menjadi perusahaan raksasa sampai hari ini.
Sekarang ia tidak lagi memberikan 10% penghasilannya untuk pekerjaan Tuhan, tapi ia yang hidup hidup sukses dengan 10% saja. Ia persembahkan 90% bagi pekerjaan Tuhan ! (dan ia sembuh juga).
Prinsip baginya adalah : Tidak mengurangi waktu untuk Tuhan dan tidak menyerah pada kesibukan.
Firman Tuhan katakan: "Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuanmu dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1Kor.15:58).  (GE)

Senin, 24 November 2014

Sungai di gurun

"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku" (Mazmur 23:4)
Barangkali banyak orang kristiani sudah mengetahui kisah di balik penulisan lagu It Is Well with My Soul (Nyamanlah Jiwaku). Lagu itu menggambarkan iman yang luar biasa dari sang penulis, Horatio G. Spafford. Ia bangkit untuk menuliskan lagu ini di tengah rasa duka yang mendalam, yakni saat ia harus kehilangan empat anaknya yang tenggelam di Samudra Atlantik. Ya, di tengah permasalahannya yang besar Spafford tetap dapat melihat penyertaan Tuhan di dalam hidupnya, sehingga berulang kali ia mengatakan, "Nyamanlah jiwaku, nyamanlah jiwaku."
Yakub adalah sosok yang harus mengalami banyak rasa duka pada masa tuanya. Setelah anak kesayangannya, Yusuf, dikabarkan mati, kini ia harus bersiap-siap kehilangan anak bungsunya, Benyamin. Ia tahu bahwa hal itu sangat sulit bagi dirinya, bahkan ia pun menyebut apa yang dialaminya sebagai malapetaka. Namun, di tengah segala rasa duka yang berat di hatinya, Yakub masih mengingat dan tetap berharap bahwa Allah yang Mahakuasa tetap menyertai dirinya dan juga anak-anaknya.
Di tengah susah dan beratnya hidup ini, kita perlu tetap belajar menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kemahakuasaan-Nya akan tetap menyertai anak-anak-Nya. Inilah hal yang mesti selalu kita ingat dan syukuri. Memang kita kerap "tidak melihat" tangan Tuhan beserta kita, tetapi bukan berarti Tuhan tidak beserta kita. Barangkali Tuhan membiarkan kita hanya melihat padang gurun yang gersang, tetapi sesungguhnya Dia telah menyiapkan sungai di depan kita.
DI TENGAH KESULITAN APA PUN
INGATLAH AKAN PENYERTAAN TUHAN.

Minggu, 23 November 2014

Hati Laut

"Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku,sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti- nantikan sepanjang hari" (Mazmur 25:5)

Benda apakah yang mampu mengarungi lautan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya tiba di pantai dan tumbuh? Menurut artikel National Geographics di majalah World, benda yang luar biasa itu adalah kacang yang berasal dari Amerika Selatan dan India Barat. Orang-orang menyebut benda tersebut “hati laut”.
Biji kacang berwarna yang berukuran 0,8 cm ini berbentuk hati. Ia tahan terhadap segala macam cuaca, dan tumbuh pada tanaman merambat yang tinggi. Biji-biji itu sering jatuh ke sungai dan terapung menuju lautan. Biji-biji itu telah mengarungi lautan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya sampai di pantai dan tumbuh menjadi tanaman.
Biji yang kuat, mampu bertahan, dan dapat menguasai arus ini menggambarkan prinsip dasar rohani. Mungkin dibutuhkan penantian panjang untuk mendapatkan pemenuhan rencana Allah bagi kita. Kenyataannya, Nuh harus tahan dicemooh selama 120 tahun sewaktu membangun sebuah kapal untuk menghadapi banjir besar. Abraham menanti pemenuhan janji Allah bahwa ia akan dikaruniai anak pada usia tuanya. Daud, orang yang diurapi Allah, memilih untuk menunggu waktu Allah daripada membunuh Raja Saul yang iri hati.
“Hati laut” tidak dapat memilih untuk bersabar, tetapi kita dapat. Tidak ada yang lebih sulit dan lebih baik bagi kita selain mengikuti teladan Daud yang menulis Mazmur 25. Dengan menanti Tuhan, kita akan memperoleh kedamaian, dan iman kita akan dapat bertumbuh, terlebih saat kita telah sampai di tepi.
ALLAH MENGUJI KESABARAN KITA
UNTUK MEMPERBESAR IMAN KITA

Sabtu, 22 November 2014

Jejak Kaki

Suatu malam aku bermimpi, berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama Tuhanku... Melintas di langit gelap babak-babak hidupku...

Pada setiap babak, aku melihat dua pasang jejak kaki, yang sepasang milikku... dan yang lain milik Tuhanku...

Ketika babak terakhir terkilas dihadapanku, aku menengok jejak-jejak kaki diatas pasir, dan betapa terkejutnya diriku... Kulihat bahwa acapkali disepanjang hidupku, hanya ada sepasang kaki...

Aku sadar bahwa ini terjadi justru saat hidupku berada pada saat yang paling menyedihkan. Hal ini selalu menggangguku dan aku pun bertanya kepada Tuhan tentang dilemaku ini...

"...Tuhan, ketika aku mengambil keputusan untuk mengikuti-Mu, Engkau berjanji akan selalu berjalan dan bercakap-cakap denganku disepanjang jalan hidupku...

Namum ternyata dalam masa yang paling sulit dalam hidupku, hanya ada sepasang jejak kaki... Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa ketika aku sangat membutuhkanMu, Engkau meninggalkan aku..."

Ia menjawab dengan lembut,

"... Anak-Ku, Aku sangat mengasihimu dan tidak akan pernah membiarkanmu terutama sekali ketika pencobaan dan ujian datang. Apabila engkau melihat hanya ada sepasang jejak kaki, itu karena engkau berada dalam gendongan-Ku..."

"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Ibr 13:5b

Jumat, 21 November 2014

Menyukakan HatiNya

Diwaktu masa kecil, kita biasa ditanya tentang cita-cita kita saat dewasa nanti.
Walau cita-cita tidak selalu tercapai, tapi dapat menjadi  dorongan saat itu, dan tujuan sementara kemana arah kita mengejarnya.
Rasul Paulus mempunyai prinsip utama dalamm hidupnya. ".. Tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari2 kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Fil.3:13,14)
Hidup Paulus digerakkan oleh tujuan hidupnya untuk menyukakan Tuhan, yakni untuk melakukan kehendak Allah.
Apa yang menjadi tujuan kita, apakah sekedar  meraih kesuksesan diri saja? Atau dalam kesuksesan itu kita sedangmenyukakan hatiNYA, dan sedang mensukseskan sesuatu yg menjadi rencana Allah sendiri.
Mari kita membiasakan lagi dengan 'cita-cita', dan kita isi cita-cita hidup ini dengan kerinduan menyenangkan NYA .

Hati Bapa

Di sebuah stasiun kereta api, pagi-pagi benar sudah dikerumuni oleh banyak orang yang tentunya sedang menunggu kereta. Terdapat juga seorang pria tua dan anak perempuannya yang masih kecil. Saat kereta datang, pria tua itu buru-buru memasuki kereta.

Dalam perjalanan, si pria tua itu baru sadar bahwa ia meninggalkan putrinya sendirian di stasiun. Pria tua ini kembali ke stasiun dan mendapati putrinya hilang. Betapa hancur hatinya bahwa dia tidak mampu menjaga anak semata wayangnya.

Tahun pun berganti, anaknya telah menikah dengan pria kaya. Namun masih ada kerinduan yang luar biasa untuk bisa bertemu dengan ayahnya. Dia benar-benar membenci tempat di mana ayahnya telah dengan sengaja membuangnya.

Tiba-tiba gadis itu ingin kembali ke stasiun untuk melepas kerinduan. Untuk mengenang detik-detik terakhir saat masih bersama ayahnya. Betapa terkejutnya saat didapati ada seorang pria tua berdiri di depan stasiun. Raut mukanya masih sama, dia adalah ayahnya. Ternyata sang ayah selalu menunggunya di stasiun setiap hari. Tidak ada rasa lelah ataupun bosan, bahkan setiap hari selalu ada harapan baru dan yakin bahwa ia akan bertemu anaknya.

Mungkin kita kecewa saat orang tua/orang-orang di sekitar kita tampak tidak mempedulikan kita. Itu bukan berarti mereka tidak menyayangi dan mengasihi kita. Begitu juga dengan Allah kita di surga, mungkin doa/permohonkan kita tidak dijawab, atau bahkan kita merasa bahwa Tuhan begitu jauh dengan kita.
"Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Matius 7:9-11

Kamis, 20 November 2014

Mengapa ke gereja?

"Marilah kita saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita" (Ibrani 10:24,25)

Dalam surat kepada editor sebuah surat kabar Inggris, seseorang mengeluh bahwa ia tidak menemukan alasan untuk pergi ke gereja setiap Minggu. "Selama 30 tahun terakhir ini, saya telah menghadiri kebaktian cukup teratur," tulisnya, "dan selama itu ... saya telah mendengarkan tidak kurang dari 3.000 khotbah. Namun, yang mengejutkan, saya tidak dapat mengingat satu pun dari khotbah-khotbah itu. Saya berpikir mungkin lebih bermanfaat bila waktu sang pendeta digunakan untuk mengerjakan hal lain saja."

Surat itu menimbulkan reaksi dari banyak orang. Berikut ini adalah sebuah tanggapan yang paling mengena: "Saya telah menikah selama 30 tahun. Selama itu saya telah makan sebanyak 32.850 kali -- sebagian besar hasil masakan istri saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengingat satu pun dari menu makanan itu. Namun, saya memperoleh gizi dari setiap hidangan tersebut. Saya pikir, tanpa makanan-makanan tersebut, mungkin saya telah mati kelaparan sejak dahulu."

Alkitab menegaskan pentingnya pergi ke gereja, dan satu-satunya nasihat untuk melakukan hal ini muncul dalam topik tentang bahaya yang timbul apabila menjauhkan diri dari pertemuan ibadah (Ibrani 10:25). Kita memerlukan bantuan untuk menjaga iman dan pengharapan kita dari keguncangan (ayat 23), dan untuk mengasihi serta melakukan pekerjaan baik (ayat 24). Sebagaimana makanan jasmani membuat kita tetap hidup dan kuat, demikian juga makanan rohani yang bergizi dari pengajaran dan persekutuan, sangat penting bagi kita untuk tetap hidup.

AGAR TETAP BERTUMBUH DALAM KRISTUS
TETAPLAH PERGI KE GEREJA

Rabu, 19 November 2014

Tetap Semangat

Terkadang pengalaman menjadi guru yg baik., sehingga mendorong kita menjadi lebih berhikmat. Tapi kadang pengalaman buruk masa lalu, menjadi trauma tersendiri, sehingga orang tidak mau lagi mencobanya.
FT katakan : "Janganlah ingat2 hal2 yg dahulu, dan jgnlah perhatikan hal2 yg dr zaman purbakala ! Lihat AKU hendak membuat sesuatu yg baru, yg skg sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, AKU hendak membuat jalan di padang gurun, dan sungai2 di padang belantara"
(Yes.43:18-19).
Ibarat anak2 belajar sepeda, saat ia terjatuh, sang ayah akan membangunkan ia lagi dan mendorong semangatnya untuk tdk kapok dan terus belajar. Dmkian pula
Jika kita sdg gagal kali ini, jangan hilang semangatmu krn Bapa kita yg akan terus mendampingi dan memberi harapan baru.
Tetaplah semangat, dan melangkah hati2, raih keberhasilan baru. Bukankah Tuhan sudah sediakan, belumkah kita tahu?

Selasa, 18 November 2014

Tidak Muda Lagi

"Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara" (Mzm 37:28)
Saat meninggalkan sebuah toko baru-baru ini, sekilas saya mendengar pria yang melayani saya bergumam tak puas, "Ia memanggilku 'Paman', padahal ia lebih tua." Sejak kecil, budaya Cina mengajarkan kesopanan kepada saya untuk mengatakan, "Terima kasih, Paman!" atas bantuan yang saya terima.
Sikap ini sangat membantu saya selama ini, tetapi kini saya harus berpikir ulang untuk memakainya. Setelah melihat ke cermin dengan saksama, mata saya menegaskan bahwa kini saya memang tak muda lagi seperti yang saya kira.
Menjadi anak muda memang banyak untungnya, tetapi dengan usia tua muncullah sukacita yang mencerminkan kesetiaan Allah. Daud mengingatkan kita dalam Mazmur 37, "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan" (ay. 25).
Kini saat saya berusia lima puluhan, saya berefleksi dan bertanya-tanya dalam hati bagaimana mungkin saya pernah berpikir bahwa Allah meninggalkan saya. Memang Dia mengizinkan saya menghadapi kesulitan yang tampaknya tidak dapat diatasi, tetapi sekarang saya tahu bahwa itu terjadi hanya untuk membentuk diri saya. Allah senantiasa memelihara saya, dan ketika saya terjatuh, saya tahu "Tuhan [yang] menopang tangan [saya]" (ay. 24).
Kita akan selalu bertambah tua, tetapi kita juga akan semakin mensyukuri banyak kemurahan Allah. Yang terpenting, kita bersyukur Dia meletakkan kasih lewat hukum-hukum-Nya di dalam hati kita yang menjaga agar langkah-langkah kita tidak goyah (ay. 31) --AL
Kesetiaan Tuhan kita kenal sepanjang waktu;
Dalam suka dan duka Dia menyatu;
Begitu sering Tuhan siap membantu,
Menjawab doa, memberi kekuatan baru. --F. Hess
SEIRING BERTAMBAHNYA TAHUN KESETIAAN ALLAH PUN BERLIPAT GANDA.

Senin, 17 November 2014

Anugerah yang membawa "Home Run"

Tim Tuhan melawan Tim setan, Tim Tuhan mendapat giliran memukul score Masih kosong-kosong padahal waktu hampir berakhir pertandingan berlangsung Ketat Pemain yang bernama “KASIH” mendapat giliran memukul bola Dan berhasil Mencapai perhentian (base) pertama, karena “KASIH” tak pernah gagal.

Kemudian giliran “IMAN” yang juga berhasil, karena “IMAN” bekerja Bersama-sama “KASIH”. Setelah itu, giliran “HIKMAT ALLAH” Dan IA pun berhasil memukul bola Dan Lari ke ‘base’.

Namun ketiganya belumlah kembali ke homebase. Kemudian Tuhan pun Mengatakan kepada Pelatih, “keluarkan pemain bintang Kita.” Dan masuklah “ANUGERAH” ke lapangan untuk memukul bola. Setan berkata “Tampangnya tak terlihat hebat.” Tim setan meremehkannya.

Maka bola pun di lemparkan, “Buuukkkkkkkkk. ..!!! O la la, “ANUGERAH” memukul bola lebih keras dari pemain-pemain sebelumnya. “ANUGERAH” memukul bola dengan kerasnya sampai-sampai bola melambung Tinggi sekali Dan tak terjangkau oleh pemain Tim Setan… Sampai akhirnya…’home run’!!

Tim Tuhan menang. Kemudian Tuhan bertanya kepada Pelatih, sekiranya dia tahu mengapa IMAN, HIKMAT ALLAH Dan KASIH dapat mencapai base, namun tidak dapat memenangkan Game Dan malah ANUGERAH yang melakukannya. Pelatih menggeleng tidak tahu.

Tuhan pun lalu menjelaskan, “Jika kasihmu, imanmu, Dan hikmat Allah yang Ada padamu berhasil memenangkan pertandingan, maka kau akan berpikir bahwa Itu semua karena hasil usahamu sendiri. Kasih, iman Dan hikmat Allah mampu membawamu ke base, tapi tidak mampu Membawamu pulang (home run), hanya anugerah-Ku yang mampu melakukannya.Hanya anugerah-Ku yang tidak dapat iblis curi”. Efesus 2:8-9 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

Saluran Pelepasan

"Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku." (Mazmur 34:5)
Jika balon ditekan, air atau udara di dalamnya akan mencari saluran pelepasan. Ditekan di atas akan meletus di bawah. Ditekan di samping kiri akan meletus di samping kanan. Singkat kata, air atau udara akan mencari saluran pelepasan sebagai reaksi atas tekanan. Begitu pun jiwa manusia. Apabila tertekan, jiwa akan mencari "jalur pelampiasan".

Daud tidak kurang-kurang mengalami tekanan dalam kehidupannya, terutama kala ia menjadi buronan Raja Saul. Dicari. Diancam. Dijebak. Diburu. Dimusuhi. Kehilangan jabatan dan pekerjaan. Kehilangan sahabat. Kehilangan istri. Amat tertekan. Batas antara waras dan gila terasa amat tipis. Tak heran, suatu saat, muncul pikiran untuk berpura-pura gila demi menyelamatkan diri. Namun, mazmur ini memberi tahu kita, saat jiwanya tertekan dan terguncang begitu rupa, Daud mencari saluran pelepasan yang tepat: Tuhan. Ia melampiaskan kesesakan jiwanya kepada Allah, Sang Pelepas. Dengan itu ia mendapatkan pertolongan, perlindungan, dan pemeliharaan-Nya. Ia mengalami kelegaan yang sesungguhnya.

Anda sedang tertekan oleh pelbagai kesukaran hidup atau perlakuan orang lain? Bahkan serasa mau gila? Pasti jiwa Anda meronta mencari kelepasan. Dunia ini sepertinya menawarkan banyak saluran. Mulai dari sekedar hiburan biasa sampai ke kehidupan malam, seks bebas, dan narkoba yang mengundang bahaya. Namun, sadarlah, sesungguhnya Tuhan saja jalan kelepasan yang sejati. Carilah Dia!
DI SAAT JIWA INI TERTEKAN,
JANGAN BIARKAN IA PERGI MENCARI KELEPASAN SELAIN DI DALAM TUHAN.

Pelempar Cakram

"Allah, sumber segala kasih karunia, ... akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya" (1 Petrus 5:10)
Seorang atlet Skotlandia pada abad kesembilan belas membuat sebuah cakram besi berdasarkan penjelasan yang dibacanya dalam sebuah buku. Ia tidak tahu bahwa cakram yang digunakan pada pertandingan resmi sebenarnya terbuat dari kayu dan hanya pinggiran luarnya yang terbuat dari besi. Cakram buatannya sepenuhnya terbuat dari besi, dan tiga atau empat kali lebih berat daripada cakram yang digunakan oleh pelempar lainnya.
Menurut penulis John Eldredge, pria tersebut menandai jarak rekor dunia pada sebuah lapangan di dekat rumahnya, dan berlatih siang malam untuk mencapainya. Setelah bertahun-tahun berlatih, akhirnya lemparannya dapat melampaui rekor tersebut. Kemudian ia membawa cakram besinya ke Inggris untuk mengikuti pertandingan pertamanya.
Setibanya di sana, ia diberi cakram resmi dan dengan mudah menciptakan rekor baru dengan jarak yang jauh melampaui lawan-lawannya. Ia menjadi juara yang tak tertandingi selama bertahun-tahun. Pria ini telah melatih dirinya dengan menggunakan beban yang berat, sehingga ia menjadi lebih baik.
Saat kita harus menanggung beban yang berat, kita perlu belajar untuk memikulnya di dalam kekuatan Yesus dan demi Dia. Apa pun beban atau penderitaan itu, Allah akan menggunakannya untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan” kita, sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 5:10.
Beban dapat membentuk kita menjadi lebih baik daripada yang dapat kita bayangkan—lebih kuat, sabar, bersemangat, lembut, dan mengasihi.
BEBAN-BEBAN KITA HARI INI DAPAT MENGUATKAN KITA ESOK HARI.

Jangkrik dan Uang Logam

Konon ada dua sahabat; yang satu tinggal di desa sedangkan yang lain tinggal di kota. Suatu hari orang yang di desa mengunjungi  sahabatnya di kota. Karena terbiasa hidup di desa yang sunyi, ia sangat terganggu oleh bunyi rebut mobil dan derap orang yang berlalu lalang.

Malam harinya, si orang kota mengajak sahabatnya berjalan-jalan untuk melihat keindahan kota. Saat mereka berjalan, tiba-tiba si orang desa berhenti, menepuk pundak sahabatnya, dan berbisik,”Berhentilah sebentar. Apa kau mendengar apa yang kudengar?” Sahabatnya itu menoleh dan sambil tersenyum berkata, “Ya, saya mendengar suara klakson mobil serta orang-orang yang lalu lalang. Apa yang kau dengar?”

“Ada seekor jangkrik di dekat sini! Saya bisa mendengar nyanyiannya!” jawab si orang desa. Sahabat dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng dan berkata,”Aha, jangan bergurau! Mana ada jangkrik disini? Dan seandainya ada, bagaimana mungkin kau bisa mendengarkannya ditengah keramaian kota seperti ini?”

Namun orang desa itu bersikeras, “Ya! Ada seekor yang bernyanyi di sekitar sini. Bahkan, aku berani memastikan bahwa ini jenis jangkrik yang berwarna hitam!” Orang desa itu berjalan beberapa langkah, lalu berhenti di samping tembok sebuah rumah. Di situ terdapat sebuah tanaman merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan diatas daun itu terlihat ada seekor jangkrik berwarna hitam yang sedang bernyanyi keras sekali. Sahabat dari kota pun kini bisa melihat jangkrik tersebut dan mendengarkan nyanyiannya.

Ketika mereka melanjutkan berjalan-jalan, si orang kota berkata kepada sahabatnya,”Ternyata kau bisa mendengar lebih alami dari saya.” Si orang desa tersenyum sambil menggelengkan kepala sambil berkata,”Saya tidak setuju denganmu. Orang desa mendengar tidak lebih baik dari orang kota. Lihat, saya akan menunjukkannya padamu”.

Lalu orang desa itu mengambil uang logam dari saku celananya dan melemparkan ke trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh kearahnya. Si orang desa pun memungut kembali uang logam miliknya, dan kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan.

Si orang desa berkata lagi,”Tahukah kau, sobat,  suara logam tadi tidak lebih keras dari suara jangkrik yang kudengar. Meski demikian, banyak orang kota mendengar dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, aku adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Kauingi tahu alasannya? Tentu bukan karena orang desa mendengar lebih baik dari orang kota. Namun karena kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang menarik perhatian kita, dibandingkan hal-hal lain yang ada di depan kita.”

Kalau ada orang percaya yang lebih peka terhadap suara Tuhan disbanding orang percaya lain, itu bukan karena tingkat imannya lebih tinggi, melainkan karena ia lebih memusatkan perhatiannya kepada firman Tuhan. Oleh karena itu, sebagai orang percaya seharusnya kita lebih memusatkan perhatian kita kepada firman Tuhan daripada suara-suara yang lain di dunia ini. Dengan demikian, kita akan menjadi orang percaya yang peka terhadap suara Tuhan.

Selamat mendengarkan suara Tuhan!