Konon ada dua sahabat; yang satu tinggal di desa sedangkan yang lain tinggal di kota. Suatu hari orang yang di desa mengunjungi sahabatnya di kota. Karena terbiasa hidup di desa yang sunyi, ia sangat terganggu oleh bunyi rebut mobil dan derap orang yang berlalu lalang.
Malam harinya, si orang kota mengajak sahabatnya berjalan-jalan untuk melihat keindahan kota. Saat mereka berjalan, tiba-tiba si orang desa berhenti, menepuk pundak sahabatnya, dan berbisik,”Berhentilah sebentar. Apa kau mendengar apa yang kudengar?” Sahabatnya itu menoleh dan sambil tersenyum berkata, “Ya, saya mendengar suara klakson mobil serta orang-orang yang lalu lalang. Apa yang kau dengar?”
“Ada seekor jangkrik di dekat sini! Saya bisa mendengar nyanyiannya!” jawab si orang desa. Sahabat dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng dan berkata,”Aha, jangan bergurau! Mana ada jangkrik disini? Dan seandainya ada, bagaimana mungkin kau bisa mendengarkannya ditengah keramaian kota seperti ini?”
Namun orang desa itu bersikeras, “Ya! Ada seekor yang bernyanyi di sekitar sini. Bahkan, aku berani memastikan bahwa ini jenis jangkrik yang berwarna hitam!” Orang desa itu berjalan beberapa langkah, lalu berhenti di samping tembok sebuah rumah. Di situ terdapat sebuah tanaman merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan diatas daun itu terlihat ada seekor jangkrik berwarna hitam yang sedang bernyanyi keras sekali. Sahabat dari kota pun kini bisa melihat jangkrik tersebut dan mendengarkan nyanyiannya.
Ketika mereka melanjutkan berjalan-jalan, si orang kota berkata kepada sahabatnya,”Ternyata kau bisa mendengar lebih alami dari saya.” Si orang desa tersenyum sambil menggelengkan kepala sambil berkata,”Saya tidak setuju denganmu. Orang desa mendengar tidak lebih baik dari orang kota. Lihat, saya akan menunjukkannya padamu”.
Lalu orang desa itu mengambil uang logam dari saku celananya dan melemparkan ke trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh kearahnya. Si orang desa pun memungut kembali uang logam miliknya, dan kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan.
Si orang desa berkata lagi,”Tahukah kau, sobat, suara logam tadi tidak lebih keras dari suara jangkrik yang kudengar. Meski demikian, banyak orang kota mendengar dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, aku adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Kauingi tahu alasannya? Tentu bukan karena orang desa mendengar lebih baik dari orang kota. Namun karena kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang menarik perhatian kita, dibandingkan hal-hal lain yang ada di depan kita.”
Kalau ada orang percaya yang lebih peka terhadap suara Tuhan disbanding orang percaya lain, itu bukan karena tingkat imannya lebih tinggi, melainkan karena ia lebih memusatkan perhatiannya kepada firman Tuhan. Oleh karena itu, sebagai orang percaya seharusnya kita lebih memusatkan perhatian kita kepada firman Tuhan daripada suara-suara yang lain di dunia ini. Dengan demikian, kita akan menjadi orang percaya yang peka terhadap suara Tuhan.
Selamat mendengarkan suara Tuhan!
Amazing Grace
BalasHapus